Geguritan Abah

Geguritan.
Putuku lan anak-anakku ….
Sawangen ing langit,
Bapak wus lungse, surya wis miring mengulon.
Putuku lan anak-anakku…….
Gusti wus ngatur dawa lan cendhake
umur kita….
tetepa ing pangati-ati….
tetepa sujud ing Gusti
(ditulis sawise 62 tahun urip ing ndonya)

Sajak itu ditulis oleh papa ketika menanggapi pesan selamat ultah dari sesama rekan guru di facebook. Papaku disebut Abah oleh rekan-rekan se SMA Sugar Group Company karena merupakan guru yang paling senior. Abah dapat diartikan juga sebagai orang yang menyayangi dan mengayomi seluruh orang yang ia anggap sebagai anak dan cucunya tanpa pandang bulu dan membedakan antara anak kandung dan anak “tidak kandung”.

Selamat ulang tahun Papa. Semoga barokah dan rahmat Allah senantiasa tercurah di sisa umur Papa. Semoga, kenikmatan dunia yang saat ini engkau rasakan, merupakan setitik kenikmatan akhirat yang Allah tampakkan kepadamu. Salam sayang dan peluk cinta, Muhtar Gani Purnatama.

Kurang lebih artinya seperti ini (mohon dibenarkan kalau ada yang salah)

Sejumput Sajak (Puisi)*
Cucuku dan anak-anakku…
Pandanglah ke langit*
Bapak sudah renta (seperti benang yang ditegakkan), matahari sudah condong ke barat.
Cucuku dan anak-anakku…
Tuhan sudah mengatur panjang dan pendek
umur kita…
Tetaplah dalam kehati-hatian*
Tetaplah sujud kepada Tuhan*
(ditulis setelah hidup 62 tahun di dunia)

*) mengartikan secara rasa – mohon diralat, kemungkinan salah arti.

ayah dan ibuku ketika jalan-jalan ke Borobudur

Tinggalkan komentar